Pada Zaman atau era saat
ini, Pacaran adalah suatu trent yang dijadikan gaya hidup oleh para kaum
remaja. Banyak dari mereka yang mengatakan bahwa “tidak pernah pacaran berarti
tidak gaul. Adapun pacaran itu sendiri memiliki pengertian sebuah hubungan yang
terjalin antara seorang pria dan seorang wanita, yang didalamnya itu dimulai
dengan adanya pernyataan cinta, berlanjut dengan adanya interaksi antar
keduanya, sehingga mengakibatkan timbulnya berbagai macam aturan-aturan yang
dibuat dan akhirnya mereka sepakati.
Seperti pada pasangan dua sejoli
ini, yaitu Rhama dan Shinta (nama samaran), hu bungan ini mulai terjalin ketika
Rhama menyatakan cintanya pada Shinta, sehingga timbullah interaksi diantara
mereka berdua. Karena seringnya ada interaksi diantara mereka, maka muncullah
aturan-aturan dalam hubungan mereka, diantaranya menyebutkan bahwa:
Diperbolehkannya diantara mereka berdua
untuk pergi ataupun berhubungan dengan laki-laki atau perempuan lain, asalkan
ada izin dan memberi tahu alasannya dengan jelas dan masuk akal.
Ketika hendak membatalkan janji yang
telah disepakati, maka harus diberitahukan jauh-jauh hari
Harus ada waktu minimal satu kali dalam
seminggu untuk bertemu.
Pada mulanya
aturan-aturan ini diusulkan dan dibuat oleh Rhama kepada Shinta, dan dengan
seiring waktu berjalannya hubungan tersebut Shinta menerima dan melakukan
aturan yang dibuat oleh Rhama. Diantara aturan-aturan yang ada, ada satu aturan
baru yang muncul di kemudian hari, dan aturan itu tidak disukai
oleh Shinta, karena arturan itu memberatkannya. Sehingga ia keberatan untuk
melakukannya. Aturan itu menyebutkan bahwa dilarangnya memilih-milih makanan
ketika tengah makan bersama dengan keluarga, artinya suka atau tidak suka
apapun yang ada didepannya harus dimakan.
Didalam hubungan
yang mereka jalani, tentu adanya pembagian peran diantara keduanya, seperti
halnya peran Rhama sebagai laki-laki, yaitu ketika mereka pergi makan di suatu
tempat, dialah yang akan selalu membayar tagihannya. Dan Shinta sebagai pihak
wanita memiliki peran yaitu memilihkan waktu, tempat dan makanan yang
diinginkan. Hal ini berarti membuktikan adanya dampak dari ketidak adilan yaitu
berupa “Multi Burden/ double burden” yang
maksutnya adalah pemberian banyak beban yang ditumpukan pada satu jenis kelamin
saja.
Namun dengan
adanya kondisi seperti itu, kedua pasangan ini mengaku tetap nyaman-nyaman
saja, walau kadang timbul kekerasan yang dilakukan oleh Rhama pada Shinta.
Diakuinya oleh Shinta bahwa kekerasan itu berupa kekerasan psikis, yaitu berupa serangan yang mengakibatkan
kesakitan batinnya yang disebabkan kecemburuan Rhama yang berlebihan. Namun
diakui pula oleh Shinta bahwa tak pernah sekalipun Rhama melakukan kekerasan
fisik pada dirinya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar